PMII Berjatuhan Korban: KOPRI PB PMII Desak POLRI untuk Bertanggung Jawab
Jakarta — Rangkaian kekerasan menimpa kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam beberapa pekan terakhir. Peristiwa yang melibatkan penangkapan, luka bakar, hingga penembakan ini memunculkan sorotan tajam terhadap institusi kepolisian. KOPRI PB PMII menegaskan, Polri tidak bisa berdiam diri dan harus bertanggung jawab atas tragedi yang merenggut keselamatan mahasiswa.
Di Kediri, Saiful Amin, mantan Ketua Cabang PMII Kediri, ditangkap aparat kepolisian pada dini hari. Penangkapan ini dinilai sebagai bentuk kriminalisasi terhadap aktivis yang vokal menyuarakan kepentingan rakyat. “Polri seakan menjadikan hukum alat pembungkam, bukan pelindung,” ujar pernyataan resmi KOPRI PB PMII.
Sementara di Seram Bagian Timur, Maluku, empat kader PMII mengalami luka bakar serius saat aksi di depan DPRD. Api dari ban bekas tiba-tiba menyambar massa aksi, dan minimnya pengamanan dari aparat menyebabkan peristiwa itu berakhir tragis. Dua kader menderita luka bakar berat, sementara dua lainnya mengalami luka ringan dan masih menjalani perawatan.
Tragedi semakin bertambah ketika di Jakarta, Diego Zidan, kader PMII Universitas Jakarta (Unija), menjadi korban penembakan saat aksi di sekitar Mako Brimob Kwitang. Hingga kini, Diego masih dalam perawatan medis intensif di RSCM. Insiden ini semakin memperkuat tudingan bahwa aparat bertindak represif terhadap mahasiswa.
Tak hanya itu, KOPRI PB PMII juga menerima laporan mengenai intimidasi, pengancaman, dan pembuntutan oleh oknum kepolisian terhadap kader pasca-aksi. Kondisi ini menimbulkan rasa tidak aman dan mempersempit ruang gerak mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi.
Ketua KOPRI PB PMII, Wulan Sari Aliyatus Sholikhah, menegaskan bahwa Polri tidak bisa lepas dari tanggung jawab atas rentetan kekerasan tersebut.
“Kami mengecam keras tindakan represif aparat yang menjadikan mahasiswa sebagai korban. Polri harus bertanggung jawab, bukan justru menjadi pelaku pembungkaman demokrasi. Perlawanan terhadap represi adalah ikhtiar menjaga demokrasi tetap hidup di negeri ini,” tegasnya.
KOPRI PB PMII mengajak seluruh kader dan alumni untuk memperkuat solidaritas, menjaga kader di daerah masing-masing, serta mengawal agar tidak ada satu pun korban yang menghadapi diskriminasi maupun ancaman sendirian. Selain itu, KOPRI juga berkomitmen memberikan pendampingan hukum, medis, dan psikososial kepada para korban.