PERS RILIS : PMII Berjatuhan Korban, KOPRI PB Ajak Seluruh Kader dan Alumni Lindungi Kader dari Represifitas dan Ancaman
Jakarta — Belakangan ini, rangkaian peristiwa tragis menimpa kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di berbagai daerah. Kejadian ini bukan hanya mencederai rasa kemanusiaan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kondisi demokrasi di negeri ini.
Di Kediri, seorang aktivis kritis bernama Saiful Amin, yang juga mantan Ketua Cabang PMII Kediri, ditangkap aparat pada dini hari.
Penangkapan ini memunculkan tanda tanya besar, sebab Saiful dikenal luas sebagai sosok yang konsisten menyuarakan kepentingan rakyat. Keterlibatannya dalam demonstrasi yang menuntut keadilan kini justru dibalas dengan kriminalisasi.
Sementara itu, di Seram Bagian Timur, Maluku, empat kader PMII mengalami luka bakar serius saat menggelar aksi di depan gedung DPRD. Api yang berasal dari ban bekas tiba-tiba menyambar massa aksi hingga menyebabkan dua kader mengalami luka bakar berat dan dua lainnya luka ringan.
Mereka kini tengah berjuang mendapatkan perawatan medis di RSUD Bula. Peristiwa ini menyisakan luka mendalam sekaligus peringatan keras mengenai minimnya jaminan keselamatan mahasiswa ketika menyampaikan aspirasi di ruang publik.
Tak berhenti di sana, kabar memilukan datang dari Jakarta. Diego Zidan, kader PMII Universitas Jakarta (Unija), menjadi korban penembakan saat aksi di sekitar Mako Brimob Kwitang. Hingga kini ia masih menjalani perawatan medis intensif di RSCM.
Insiden ini menambah panjang daftar kekerasan yang dialami kader PMII hanya karena menggunakan hak konstitusional mereka untuk bersuara.
Selain itu, KOPRI PB PMII juga menerima laporan adanya indikasi pengancaman dan upaya diskriminasi pembungkaman suara aktivis. Beberapa kader mengaku merasa diikuti oleh oknum aparat pasca-aksi, sehingga menimbulkan rasa tidak aman.
Hal ini jelas mengganggu kebebasan berpendapat dan membutuhkan jaminan perlindungan penuh dari negara.
Atas serangkaian insiden tersebut, KOPRI PB PMII menyampaikan duka mendalam dan mengecam segala bentuk kekerasan, diskriminasi, serta kriminalisasi terhadap kader PMII.
Bagi KOPRI, kekerasan yang menimpa kader adalah ancaman nyata terhadap keberlangsungan demokrasi dan kebebasan sipil.
KOPRI PB PMII mengajak seluruh kader dan alumni PMII di seluruh Indonesia untuk memperkuat solidaritas, menjaga kader di daerah masing-masing, serta mengawal agar tidak ada satu pun korban yang dibiarkan menghadapi diskriminasi maupun ancaman sendirian.
Sebagai bentuk komitmen nyata, KOPRI PB PMII siap mempublikasikan secara luas setiap kasus yang menimpa kader, sekaligus memberikan pendampingan hukum, medis, maupun psikososial bagi para korban.
Ketua KOPRI PB PMII, Wulan Sari Aliyatus Sholikhah, menyampaikan ajakan untuk berkomitmen dalam mendukung langkah-langkah advokasi bagi para korban kader PMII dan KOPRI seluruh Indonesia. Ia juga mengajak untuk terus menyuarakan perlawanan yang selama ini dibungkam.
“Kami menyerukan ajakan dan komitmen penuh untuk mendukung langkah-langkah advokasi terhadap seluruh kader PMII dan KOPRI. Bagi KOPRI, perlawanan terhadap represi dan pembungkaman suara mahasiswa adalah bagian dari ikhtiar menjaga demokrasi tetap hidup di negeri ini,” ujar Wulan Sari Aliyatus Sholikhah.**